Kota Cirebon yang terletak di pantai utara (pantura) Jawa Barat memang sarat pesona. Sejarah menyebut kota terbesar keempat di pantura ini di masa lalu pelabuhannya yang bernama Muara Jati mempunyai perananan sangat penting di Asia Tenggara. Kapal-kapal para saudagar dari berbagai bangsa datang dan berlabuh. Mereka berasal dari Eropa, India, Timur Tengah hingga Tiongkok silih berganti datang. Selain aktivitas utama berupa perekonomian dan perdagangan, terjadi pula peleburan berbagai aspek seni dan kebudayaan asing dengan penduduk setempat.
Singkatnya Cirebon telah menjadi kota global sejak dahulu. Jejak-jejak fisik dari leburnya aneka ragam seni dan kebudayaan berbagai bangsa itu masih bisa dinikmati hingga kini.
Selain itu, Cirebon yang terletak di kawasan persimpangan menuju Jakarta, Bandung dan Semarang tentu sangat strategis dan membuatnya ‘terhanyut’ dalam laju arus bisnis dan industri.
Seni Lukisan Kaca Cirebon
Kota yang juga berjuluk kota udang ini mempunyai master piece karya seni unik berupa lukisan kaca, konon karya seni ini telah dikenal sejak abad ke-17 Masehi. Di masa itu agama Islam tengah berkembang pesat di Jawa tak heran bila saat itu corak lukisan kaca berupa kaligrafi dan gambar tokoh wayang semata.
Namun ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa sebelum masa itu lukisan kaca telah dikenal di Cirebon dan diperkenalkan oleh para saudagar dari Tiongkok.
Corak lukisan kaca Cirebon sangat beragam saat ini. Ada motif pemandangan, bunga, etnik, batik mega mendung dan wadasan, hingga wajah. Namun corak klasik yang membanjiri pasar dan yang masih tinggi peminatnya tetap kaligrafi dan wayang. Kreatifitas seniman pelukis kaca lah yang akan membedakan satu karya dengan karya yang lain.
Pembuatan lukisan kaca ini tidaklah mudah, diawali dengan membuat sketsa di kertas kalkir kemudian ditempel pada kaca dan kemudian dilukis dengan cat minyak dari sisi sebaliknya atau dikenal dengan teknik melukis terbalik.
Karya seni lukisan kaca terlihat kaya akan detail yang cukup rumit dengan warna-warna yang kaya gradasi. Jumlah seniman pelukis kaca yang sangat banyak di Cirebon membuat persaingan cukup ketat.
Seniman harus selalu kreatif dan membuat sesuatu yang baru. Ketika tren warna-warna cerah melanda pelukis kaca mencoba menawarkan nuansa monochrome. Karya-karyanya kaya akan gradasi kelabu di antara warna hitam dan putih. Sentuhan kreatifnya tak hanya soal warna, juga bingkai lukisan dengan penggunaan kayu bekas tua dan bekas yang unik penampilannya.
Namanya juga karya seni buatan tangan harga lukisan bervariasi. Tingkat kesulitan dan lama pengerjaan turut mempengaruhi harga lukisan kaca yang ditawarkan, bahkan konon beberapa seniman disebut-sebut melakukan ritual tertentu saat akan melukis karakter tertentu, ini tentunya menyebabkan pengerjaannya menjadi lebih lama lagi.
Bila di masa lalu ukuran besar pernah diminati konsumen kini para seniman juga membuat lukisan kaca berukuran kecil. Ukuran yang lebih kecil membuat harga yang ditawarkan bisa relatih lebih murah, dan yang penting para pelancong tidak akan kerepotan membawa buah tangan khas Cirebon itu (tentu saja mesti tetap hati-hati karena kaca tetaplah mudah pecah).
Ketika seni lukis kontemporer mengalami booming sekitar tahun 1980-1990, seni lukis kaca juga mengalami masa keemasan. Kini seiring meningkatnya kreatifitas di kalangan seniman lukisan kaca berupaya merintis kembali masa keemasannya.
Terbukti beberapa karya seniman pelukis kaca diminati pembeli dari luar negeri seperti Korea, Belanda, Timur Tengah.
Lukisan Kaca dari Cirebon – Kanal Pengetahuan