Pimpinan dan pengikut (bawahan) adalah mitra kerja. Sukses hanya dapat dicapai melalui kerjasama dinamis antara keduanya. Sebagai bawahan, dapat bekerja dengan meminimalisasi kegagalan kekuasaan dengan cara membantu pemimpin untuk tetap berjalan di atas rel yang ditentukan. Baca: Manajemen Kepemimpinan Masa Kini.
Para pengikut senantiasa menjaga agar pemimpin tidak jatuh dalam kenistaan, penyelewengan, penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab dengan cara mengingatkan.
Namun, mengingatkan memerlukan ketrampilan dan pengetahuan yang cukup, analisis yang akurat atas data yang tepat dan lebih jauh lagi, kesantunan mengingatkan.
5 Dimensi Kemitraan Bawahan
Dalam buku The Courageous Follower, 2003, Ira Chaleff, mengidentifikasi dan memberi batasan kebutuhan pengikut agar dapat duduk setara dalam kemitraan dengan pemimpinnya dengan 5 dimensi dari kemitraan bawahan yang terampil dan berani.
1. Keberanian untuk bertanggung jawab.
Pengikut yang berani bertanggung jawab atas diri dan pekerjaannya serta organisasinya. Mereka bukan lagi memegang pola paternalistic, ataupun berlindung dalam ketiak pemimpin, dan menunggu perintah untuk bertindak. Mereka bertindak atas dasar pengetahuan, ketrampilan dan tata nilai organisasi. Tanggung jawabnya muncul dari pengetahuan dan rasa memiliki organisasi.
2. Keberanian untuk melayani.
Pengikut yang berani tidak takut untuk mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk organisasi, mereka adalah pekerja keras dengan rasa kuat memiliki tempat kerjanya. Mereka bukanlah orang-orang yang kerja semata karena ‘upah’, dan target bagi mereka bukanlah beban pemimpin saja. Mereka berdiri, berpikir dan bertindak tanpa harus diberi aba-aba, beraksi memajukan organisasi dengan rasa tanggung jawab.
3. Keberanian menghadapi dan mengatasi tantangan.
Keberanian seorang pengikut yang memberikan suaranya atas ketidaknyamanan yang dirasakan ketika terjadi tarik menarik kepentingan antar pemimpin atau konflik kebijakan. Mereka berani berkata jujur, bertindak benar, tidak takut penolakan. Semua perilakunya didasarkan atas keinginan bersama untuk mencapai goal organisasi.
4. Keberanian untuk berpartisipasi dalam transformasi.
Pengikut yang berani untuk menang, tidak takut untuk berubah, tetap bersama para pemimpin dan kelompok ketika bersama-sama menghadapi kesulitan untuk benar-benar berubah. Mereka mengundang minat dirinya sendiri untuk berubah, bertransformasi dan berpartisipasi penuh dalam proses perubahan yang sesuai.
5. Keberanian bertindak atas nama moral.
Pengikut yang berani, dapat mengatakan apa yang benar, meski bertentangan dengan pemimpin. Penyampaian kebenaran dilakukan dengan cara yang seksama atas dasar data dan analisis, dilatari kesantunan.
Menjadi Bawahan Yang Terampil dan Berani – Kanal Pengetahuan